Agustus 2020 - Fuji Astuty

Selasa, Agustus 04, 2020

Pembuktian Cinta Melalui Pengorbanan
Agustus 04, 20200 Comments

Tentu kalian mengetahui bahwa kemarin adalah hari raya Idul Adha. Hari raya yang selalu dirayakan setelah sholat Idul Adha maka umat Islam akan melakukan kurban. Kurban yang dilakukan itu bukanlah kurban sembarang kurban, namun ada sejarah di balik itu semuanya. 
Pada hari itu, Nabi Ibrahim ‘alaihisalam harus menepati janjinya kepada Allah selain itu ia harus mengalahkan rasa kecintaannya yang begitu besar kepada putra yang dinantinya untuk memperoleh kecintaan dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Dan di hari itu juga putra Nabi Ibrahim yang bernama Ismail ‘alaihisalam rela mengikhlaskan dirinya untuk dikorbankan  karena ia melihat kebenaran dari mimpi ayahnya dan juga rasa cinta ia kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka Allah menggantikan Nabi Ismail ‘alaihisalam yang diturunkan dari langit sebagaimana Allah berfirman, “ Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat : 107). Kenyataannya Nabi Ibrahim tidak melakukan penyembelihan terhadap anaknya, namun Nabi Ibrahim ‘alaihisalam membuktikan kecintaan Nabi Ibrahim ‘alaihisalam sebagai Nabi dan termasuk Ulul Azmi.

Maka, mereka pun mencampakkan dunia bukan karena mereka tidak memerlukannya, yakni dengan mengorbankan putra kesayangannya untuk mengikuti perintah Allah karena keyakinannya pada perintah Allah. 

Berkurban itu memiliki pahala yang sangat besar sekali. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Kautsar : 2, “ Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” Berkurban adalah sunahnya Nabi Ibrahim seperti sabda baginda Rasulullah saw, hal ini dikarenakan kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihisalam dan ini menjadi sejarah awal adanya hari raya Idul Adha dan diperingati setiap tahunnya oleh umat Islam di seluruh dunia. Demikian pula rangkaian ibadah haji di Mekkah memiliki hubungan erat dengan kisah dan sejarah dari Nabi Ibrahim ‘alaihisalam. 

Hingga hari ini menjadi sejarah yang terukir sepanjang masa dan akan selalu diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia. Allah memberikan cobaan kepada hamba-hambaNya sesuai dengan kemampuannya sekaligus untuk membuktikan keimanan dari seorang hambaNya. Kisah ini akan tetap menjadi ibrah dan pelajaran bagi umat Islam dalam membuktikan cinta kita pada Sang Pemilik Cinta. 

Peristiwa kurban ini tidak hanya kita mengingat sejarah Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail melainkan ada makna di balik peristiwa ini antara lain : 

Pertama, adanya semangat berbagi untuk semua umat Islam. Hari raya Idul Adha bagi setiap Umat Islam yang mempunyai kemampuan dianjurkan untuk membeli kemudian menyembelih hewan kurban. Setelah itu dibagi-bagikan kepada saudara maupun tetangga, terutama kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya. Kegiatan tersebut menunjukkan adanya semangat berbagi dan tolong menolong antara sesama serta adanya rasa kepedulian kita kepada saudara, tetangga. Sehingga saudara-saudara di sekitar kita yang belum mampu membeli daging dapat menikmati menu olahan daging. 

Kedua, munculnya rasa pengorbanan yaitu hari Idul Adha ini mengingatkan kita untuk mencapai segala sesuatu yang kita impikan. Semuanya butuh pengorbanan, maka pengorbanan itu wajib dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, beliau bersedia mengorbankan putra kesayangannya karena perintah Allah SWT.

Ketiga, adanya sifat keikhlasan. Hari raya Idul Adha sangat erat dengan kegiatan kurban. peristiwa ini mengingatkan umat Islam untuk senantiasa ikhlas atas cobaan yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla. Dengan keikhlasan tersebut, Insyaa Allah kita akan mendapatkan hikmah yang terbaik dari Allah. Mengenai keikhlasan, kita dapat belajar dari peristiwa Nabi Ismail ‘alaihisalam rela disembelihkan oleh ayahnya sendiri. Tidaknya keikhlasan diri melainkan ada bentuk pelaksanaan perintah kepada Allah Azza wa Jalla sebagai bagian dari ibadah melalui pengorbanan diri. Saat Nabi Ismail ‘alaihisalam ikhlas menyerahkan nyawanya, maka Allah pun membalas keikhlasannya dengan usia yang Panjang bahkan derajat kehidupan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan umat Islam di seluruh dunia mengenang peristiwa ini setiap tahunnya.

Keempat, mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Dilihat dari makna kurban yang dilakukan pada hari raya Idul Adha adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla, dan juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada keluarga dan saudara melalui Idul Adha.

Kelima, adanya silaturahmi. Hari raya Idul Adha ini menjadi suatu tradisi untuk mengunjungi saudara, interaksi tetangga dan kerabat saat pelaksanaan salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban dapat terjalin dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan ini secara tidak langsung mengingatkan kita supaya tetap menjalin silaturahmi tidak hanya pada hari Raya Idul Adha maupun Idul Fitri melainkan setiap saat kita harus bersilaturahmi sebagai bukti dari keimanan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Keenam, peningkatan ketaqwaan kepada Allah Azza wa Jalla. Berkurban merupakan sebuah perintah yang sudah jelas tertulis di dalam Al Quran dan wajib dilaksanakan bagi umat Islam jika memiliki harta berlebih. Ibadah berkurban bermaksud untuk mengajak kita sebagai umat Islam supaya melaksanakan perintah Allah demi meningkatkan keimanan serta menghindarkan diri kita dari nafsu duniawi.

Ketujuh, adanya peningkatan kualitas diri. Melalui kegiatan ini akan memperkuat rasa empati, kesadaran diri, pengendalian serta pengelolaan diri yang kelak menjadi cikal bakal suatu akhlak terpuji dari seorang Umat Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi. Sebaliknya akhlak yang tercela bersumber dari orang yang bermasalah dari keimanannya dan merupakan pembiasaan dari sifat-sifat setan maupun iblis.

Kedelapan, bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah Azza wa Jalla. Dengan adanya hari raya Idul Adha maka umat muslim menyadari apa yang ada di langit maupun di bumi merupakan milik Allah. Penyembelihan yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim secara tidak langsung mengajarkan kita bahwa tidak ada apa pun yang dimiliki secara mutlak oleh seorang manusia. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak perlu menyombongkan diri. Semuanya merupakan titipan dari Allah dan suatu hari Allah akan mengambilnya. Maka kita harus memanfaatkan dengan baik.




Reading Time: