Perjuangan Marwan Hakim dalam Membangun Pendidikan di Aikperapa - Fuji Astuty

Sabtu, Agustus 26, 2023

Perjuangan Marwan Hakim dalam Membangun Pendidikan di Aikperapa



Pendidikan sangat penting. Melalui pendidikan seseorang itu akan mengetahui apa yang tidak ia ketahui. Dan seseorang itu tidak akan mudah dibodohi oleh orang lain. Tidak hanya itu saja, pendidikan akan mengantar kita untuk meraih cita-cita kita. Kenapa? Karena kita akan memperoleh pengetahuan melalui membaca. Tidak hanya kita dapat membaca, kita dilatih untuk berlatih berhitung serta mendapatkan pengetahuan tentang agama, sejarah, alam dan lainnya. Sebenarnya, untuk membaca anak kecil bisa dilatih di rumah, namun membaca saja tidak cukup tentu adanya bimbingan dari seseorang yang ahli dibidang tersebut yaitu guru untuk tingkat sekolah dan dosen untuk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 


Pendidikan memiliki jenjang atau tingkatan. Dan kenapa adanya tingkatan? Karena tidak mungkin seseorang yang pertama sekali belajar di sekolah tingkat dasar langsung diajari tentang persamaan garis lurus dalam bidang matematika. Tentu anak-anak akan diajari pengenalan dulu, dan di awali pengenalan huruf-huruf. Namun, sekarang ini sekolah di kota akan melakukan pre test sebelum masuk Sekolah Dasar (SD). Apakah kita sudah bisa membaca? Ataukah belum? Dengan demikian para orang tua akan memasuki anaknya sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) bahkan sebelum anaknya tersebut ke sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) akan dimasukkan dulu ke Play Grup. Dan disesuaikan dengan usia. 


Lalu bagaimana untuk di daerah desa, kabupaten atau daerah terpencil? Dimana masyarakatnya memiliki ekonomi menengah ke bawah. Tentu saja juga mempengaruhi pendidikan atau sekolah. Sekolah pasti ada, namun tidak sebanyak seperti di kota. Dan sekolah di daerah tersebut sangat minim dengan fasilitas-fasilitas. Tentu sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Belum lagi, infrastrukturnya yang kurang mendukung, sehingga banyak anak-anak kesulitan untuk pergi ke sekolah. Bahkan hambatan-hambatan yang dihadapi anak-anak lumayan banyak. Masih ada orang tua yang tidak peduli untuk pendidikan. Karena mereka beranggapan setelah tamat sekolah, bagi anak perempuan langsung menikah. Dan bagi anak laki-laki akan menjadi petani dan sebagainya disesuaikan dengan mata pencaharian di daerah tersebut. 

                                                                           Marwan

Marwan Hakim, 35 tahun, salah satu seorang tokoh pendidikan sekaligus ustad di Desa Aikperapa, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Di desa yang terletak di kaki Gunung Rinjani, memiliki sumber penghidupan masyarakatnya dari bertani. Namun, desa ini tergolong daerah yang mengalami kesulitan air, sehingga mereka hanya bisa menanam padi sekali dalam setahun yaitu saat musim penghujan saja. Meskipun disegani, namun penampilan Marwan sangat bersahaja. Tidak ada topi putih yang menjadi atribut dan menandakan bahwa dia seorang ustadz. Sehingga banyak orang di luar Desa Aikperapa menganggapnya sebagai tukang ojek. Namun, kiprahnya di dalam memajukan pendidikan di daerah tersebut patut diperhitungkan. Ia memelopori pendirian SMP dan SMA di Aikperapa. Dalam perjuangannya, Marwan menemui banyak rintangan atau tantangan. Sejak 2002, ia selalu menyemangati anak-anak yang tamat SD untuk melanjutkan sekolah. 


Hambatan atau rintangan bukanlah penghalang bagi Marwan demi mewujudkan perjuangan untuk memajukan dunia pendidikan di daerah asalnya. Marwan menghadapi pencekalan serta penolakan atas program bantuan pendidikan yang ia ajukan ke pemerintah. Hal tersebut tidak serta merta melemahkan semangat Marwan di dalam membangun pendidikan anak-anak di desanya. Namun, justru inilah yang membuat Marwan semakin gigih untuk mencari cara bagaimana ia bisa mewujudkan apa yang ia impikan. 


Dengan keyakinan tersebut, Marwan terus bersemangat untuk memulai mimpinya. Meskipun sumberdaya dan jumlah muridnya yang terbatas. Marwan tetap bersikeras mengajar. Tekad dan semangatnya begitu kuat sehingga perlahan-lahan mulai mendapat dukungan dari masyarakat. Dan sedikit demi sedikit perjuangannya membawa Marwah semakin dekat untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak di Desa Aikperapa yang merupakan menjadi mimpi bagi Marwan.


Akhirnya, tahun 2002, Marwan mendirikan sebuah pondok Pesantren kecil berukuran 35 meter persegi. Ia menggunakan tempat tinggalnya sebagai ruang kelas. Tidak hanya itu saja Marwan menggunakan uangnya sendiri sebagai modal untuk kegiatan proses belajar di sekolahnya. Selain itu, Marwan harus antar jemput muridnya yang hanya berjumla tiga orang dengan jarak tempuh mencapai jarak kurang lebih 10 kilometer. Perjuangan yang dihadapi oleh Marwan sangatlah berat dan penuh dengan rintangan. Namun hal ini setimpal dengan hasil yang diperolehnya dimana satu-satunya sekolah di Aikperapa dapat berdiri. 


Kemudian, Marwaan mendirikan SMP di rumahnya, itulah SMP pertama di Desa Aikperapa. Sebelum tahun 2004, di daerah tersebut hanya memiliki satu sekolah yaitu Sekolah Dasar. Dan orang tua di daerah tersebut enggan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Setelah menyelesaikan SD, anak-anak di sana membantu orang tua mereka bekerja di ladang. Orang tua di Aikperapa senang anaknya sudah lulus SD, dengan demikian sudah bisa membantu mereka bekerja di ladang. “Bahasanya bukan anak saya lulus, tetapi anak saya sudah lepas dari sekolah ! Seolah-olah sekolah adalah penjara.” Ujar Marwan.


Sehingga Marwan selalu meyakinkan anak-anak didiknya bahwa mengaji saja tidak cukup. Orang harus pintar sehingga bisa bekerja lebih baik lagi dan kehidupannya akan menjadi lebih sejahtera. Setelah Marwan mendirikan SMP di rumahnya, ia dan kawan-kawan mendirikan juga SMA. Kini, perjuangan Marwan dan teman-temannya tidak sia-sia. Sekolah yang didirikannya di tahun 2004 itu telah meluluskan 200 orang tamat SMP dan 50 orang tamat SMA. Ini menjadi bukti kebehasilan Marwan dalam mengobarkan semangat belajar anak-anak di daerah terpencil itu, sampai di Dusun Bornong, desa tertinggal di kaki Gunung Rinjani. Pihak sekolah tidak akan memakssa orang tua murid harus membayar uang tunai. Apabila orang tidak mampu untuk membayar dengan uang. Maka para orang tua boleh membayarnya secara in natura. Seperti, biaya administrasi dibayar dengan tanaman pisang.


Setelah berjalan kurang lebih dua tahun, perjuangan Marwan mulai membuahkan hasil. Marwan semakin gencar memperjuangkan sekolah anak-anak di Aikperapa mulai dari TK hingga SMA. Bahkan pesantren yang didirikannya sudah meluluskan sejumlah anak lulusan SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Meskipun Marwan selalu berhadapan dengan berbagai tantangan dan keterbatasan, sifat pantang menyerah Marwan akhirnya membuka sejumlah pintu bantuan untuk perjuangannya. 


Di tahun 2013, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk (Astra) memberikan penghargaan SATU Indonesia (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia), Senin (28/10). Tahun ini jumlah pendaftar SATU Indonesia Award sebanyak 1.606 orang atau mengalami peningkatan yaitu 48 persen bila dibandingkan tahun lalu sebanyak 1088 orang. Penghargaan yang diberikan meliputi lima bidang yakni pendidikan, lingkungan, bidang usaha kecil dan menengah, bidang kesehatan, serta teknologi. Dan bidang pendidikan diberikan kepada Marwan Hakim, “Pejuang Pendidikan Aikperapa dari Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang memelopori pendirian SMP dan SMA di Aikperapa. Kemudian hasil dari apresiasi Astra menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai permasalahan yang ia hadapi. Berbagai usaha, seperti peternakan dan perkebunan mulai dikelola dan hasilnya akan digunakan sebagai sumber pembiayaan operasional sekolah.


Dari kisah perjuangan Marwan Hakim di Lombok Timur menjadi salah satu bukti masih banyak mutiara-mutiara bangsa yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. meskipun hambatan dan rintangan yang dihadapinya sangat berat namun ia mampu menghadapinya dengan kesabaran, keikhlasan dan ketekunan. Marwan Hakim bersama SATU Indonesia Awards mendorong sekaligus menjadi inspirasi bagi para pemuda-pemudi lain di Indoenesia untuk terus berkarya demi membangun pendidikan di negeri kita ini yakni Indonesia. 

Sumber :

https://wartaekonomi.co.id/read18760/marwan-hakim-pejuang-pendidikan-aikperapa

https://nasional.tempo.co/read/1200795/perjuangan-marwan-hakim-dalam-membangun-dunia pendidikan

https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2023/assets/download/E-Book-SIA-2023-final.pdf



 







Tidak ada komentar:

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *