Yuyun Ahdiyanti Menjadikan Kampung Ntobo Sebagai Kampung Tenun - Fuji Astuty

Senin, Oktober 20, 2025

Yuyun Ahdiyanti Menjadikan Kampung Ntobo Sebagai Kampung Tenun



Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/
Sumber:  https://www.goodnewsfromindonesia.id/


Ekonomi kreatif merupakan suatu konsep ekonomi yang mengutamakan kreativitas, keahlian serta kekayaan dari intelektual yang menjadi sumber utama di dalam menciptakan nilai ekonomi dan membuka lapangan suatu pekerjaan. Hal ini meliputi berbagai industry seperti seni, desain, musik, film, kuliner, fashion dan lainnya. Ekonomi kreatif tidak terlepas dari unsur perkembangan teknologi, inovasi, budaya, dan sumber daya manusia.  


Pemerintah sangat peduli terhadap ekonomi kreatif karena kontribusi ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berpengaruh. Home industry berpengaruh secara signifikan terhadap ekonomi kreatif hal ini dikarenakan inovasi dan kreativitas di dalam menciptakan nilai tambah, membuka lapangan kerja, selain itu juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Sektor ini juga merupakan bagian dari integral ekonomi kreatif karena mengandalkan ide-ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia.  


Yuyun Ahdiyanti merupakan seorang ibu lulusan SMA dan memiliki 3 (tiga) orang anak. Dan dia berasal dari Kampung Ntobo di Bima, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, dia juga merupakan warga asli kampong tersebut. Daerah tersebut memiliki luas 33.20 kilometer persegi dan hampir seluruh penduduknya hidup dari menenun. Berkisar 95 persen warga Kampung Ntobo adalah perajin tenun tradisional. Walaupun tenun menjadi nadi pada kehidupan masyarakat tersebut. Namun, Ntobo tidak pernah dipandang sebagai kampong tenun. 


Hal tersebut menimbulkan keresahan kepada Yuyun. Di mana ia melihat para penenun telah bekerja keras namun belum sebanding dengan pengakuan dan nilai yang diterima. Dan saat ini, penenun semakin berkurang sehingga identitas Kampung Ntobo pun mulai pudar. Kemudian, Yuyun membuat sebuah tujuan dengan sederhana yakni menjadikan tenun sebagai Kampung Ntobo dikenal luas dan hasil tangan masyarakatnya mampu meningkatkan taraf hidup mereka.   

 

Melalui program Srikandi Penenun Asa Kampung Ntobo, Yuyun semakin bertambah semangat untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuannya. Ia berharap kearifan lokal yang sudah diwariskan secara turun temurun tetap bersinar walaupun memiliki banyak tantangan. Untuk para penenun, kendala tidak hanya pada masalah waktu dan tenaga yang terkuras di balik alat-alat untuk menenunnya melainkan kendala pada modal serta memasarkan hasil tenunnya.  


Kemudian Yuyun pun mencoba dengan langkah kecil dan tanpa diduga telah membuka sebuah harapan bagi kampungnya. Setelah itu, ia pun mengunggah potret kain tenun kepunyaan keluarganya di media sosial pribadinya dan ternyata unggahan tersebut menjadi viral dan akhirnya Yuyun memperoleh banyak pesanan dari unggahan di sosial medianya. 


Melalui peristiwa tersebut, Yuyun membantu para penenun lainnya dengan memberikan modal kepada para penenun di sekitarnya. Selain itu, ia juga membantu di dalam memasarkan hasil menenun mereka melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) Dina yang dirintis olehnya. 


Sejak tahun 2015, ia telah gencar di dalam menyuarakan hasil menenun Bima dan UKM Dina. Tenun Bima memiliki motif dasar yang bermakna. Motif pertama yaitu motif bunga samobo, yang memiliki makna penghargaan masyarakat. Kemudian motif bunga satoko yang bermakna kepribadian seseorang, bagaikan setangkai bunga yang harum dan membawa kebaikan di sekitarnya. Dari ketiga motif buga kakando menjadi pengingat kita bahwa kedudukan tertinggi dan teratas adalah milik Tuhan semesta alam. Dan terakhirnya, motif bunga aruna bermakna mendalam mengenai 99 sifat Allah, Sang Pencipta, yang selalu dipuji dan disembah oleh para umat- Nya. 


Yuyun berharap tenun Bima tidak hanya sekedar dikenal sebagai kerajinan yang indah namun juga sebagai warisan budaya yang membawa pesan luhur. Dimana setiap helai kain bukan hanya sebagai karya seni akan tetapi sebagai cerminan nilai, doa, serta jati diri dari masyarakat Ntobo.


Secara perlahan UKM Dina mengubah para nasib Kampung Ntobo. Lalu Yuyun menyediakan akses modal mikro untuk perajin dan telah tercatat sudah sebanyak 200 orang perajin tenun dan 15 penjahit sudah dapat menikmati manfaatnya. Sementara Yuyun melakukan hal tersebut supaya tetap terjaga kualitas dan keberlanjutan dari tenun Bima agar tetap lestari dari generasi ke generasi selanjutnya. 


Selain itu, Yuyun juga melakukan inovatif lainnya yakni mendirikan galeri yang berukuran 2 x 6 meter yang bernuansa modern didirikan oleh Yuyun di sebelah rumahnya. Galeri ini menjadi wajah baru bagi UKM Dina sekaliguss sebagai simbol bahwa dari tempat yang sederhana dapat melahirkan sebuah karya yang besar. 


Meskipun ia sebagai seorang ibu dengan memiliki tiga anak, namun Yuyun tetap berpegang teguh agar dapat mengembangkan UKM yang telah ia dirikan. Ia pun menjadikan Galeri UKM Dina sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, dimana anak-anak muda dapat belajar menenun melalui workshop, sekaligus sebagai ruang kolaborasi dengan akademisi. Hal ini agar dapat mengembangkan pewarna alami yang lebih cepat serta sebagai ramah lingkungan.


Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/


Yuyun juga menjual kain tenun di galeri dan merupakan produk kriya yang bernilai estetika dan pakaian jadi terbuat dari tenun. UKM Dina mempunyai motif tersendiri yang membedakannya dengan kain tenun lainnya. Motif-motif tersebut seperti kali wori, mata hara, dan motif bunga yang diserap dari alam serta kearifan lokal.  


Dari ketekunannya, ia berhasil mewujudkan apa yang menjadi harapannya yakni membawa Kampung Ntobo sebagai kampung tenun ke panggung yang lebih luas lagi. Sehingga Kampung Ntobo menjadi tempat destinasi para wisatawan mancanegara untuk berkunjung dan melihat hasil karya dari masyarakatnya yakni karya tenun masyarakatnya. 


Selain itu, kisah Yuyun ini sangat menginspirasi meskipun ia seorang ibu dengan memiliki 3 orang anak dan sebagai lulusan SMA bukan halangan di dalam membuat perubahan bagi hidupnya bahkan para masyarakat atau warga di Kampung Ntobo. 


Apresiasi yang diperoleh Yuyun adalah sebuah penghargaan dari berbagai banyak pihak. Mulai dari kelompok pengrajin Teladan 2019, OVOP Bintang 2, dan UMKM Inspirator pada 2022. Ia juga ikut andil di dalam kegiatan workshop, festival, dan seminar untuk menghasilkan variasi produk baru. Dan di tahun 2024, ia berhasil memperoleh penghargaan sebagai pemenang di bidang kewirausahaan pada ajang Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards yang ke 15. 


Tentu saja, kisah Yuyun sangat menginspirasi bagi banyak orang dan patut kita teladani. Dan kita berharap kita bisa seperti Yuyun di dalam menggerakan perekonomian baik untuk diri kita maupun orang lain bahkan untuk negara kita yaitu Indonesia. 


Sumber: 

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/20/yuyun-ahdiyanti-bangkitkan-kampung-ntobo-jadi-sentra-tenun-bima


1 komentar:

  1. Baca ini jawak jadi teringat sama tenun songket Batubara. Maunya diginikan juga ya kan

    BalasHapus

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *